Selasa, 13 Desember 2011

Kereta Kencana Kanjeng Nyai Jimat

Bukti keberadaan alat angkut pada masa pra sejarah di Indonesia belum pernah ditemukan. Keberadaan roda diduga muncul pada masa bercocok tanam. Munculnya roda diduga berkaitan erat dengan digunakannnya alat roda di dalam produksi alat-alat yang terbuat dari tanah liat (gerabah). Pada masa bercocok tanam ini manusia telah menunjukkan tanda-tanda hidup menetap. Pada masa seperti itu manusia telah pula mengembangkan penghidupan baru berupa budidaya tanaman dalam tingkat sederhana dan penjinakan binatang-binatang tertentu untuk dipelihara. Hal semacam ini juga menimbulkan dugaan bahwa pada masa itu telah dikenal alat angkut yang telah menggunakan roda dan ditarik oleh binatang (kerbau, sapi, atau kuda).

Pada zaman Indonesia Klasik petunjuk tentang adanya alat angkut yang menggunakan roda dapat ditemukan dari data berupa relief candi, naskah kesusastraan, dan berita asing. Data tentang adanya kereta angkut dapat dilihat pad relief di beberapa candi seperti Candi Borobudur, Prambanan, Jago, dan Penataran. Sedangkan sumber tertulis tentang adanya kereta dapat ditemukan pada naskah kesusastraan seperti Kitab Negara Kertagama dan berita-berita dari Cina.

Relief Candi Borobudur yangmenggambarkan kereta antara lain terdapat pada bagian yang menggambarkan cerita Lalitavistara (cerita tentang kehidupan Sidharta Gautama). Gambaran tentang kereta di dalam Candi Prambanan terdapat pada relief yang menggambarkan cerita Ramayana. Gambaran kereta di dalam Candi Panataran terdapat dalam relief cerita Kreshnayana.

Berdasarakan data-data tersebut diketahui bahwa kereta pada umumnya hanya digunakan oleh masyarakat golongan atas yakni raja dan keluarganya atau para pejabat penting suatu negara/kerajaan.

Pada masa pengaruh Islam di Indonesia telah ada kereta-kereta yang dipesan dari luar negeri. Kereta-kereta yang dipesan ini terutama kereta-kereta kebesaran yang digunakan untuk acara-acara kenegaraan/kerajaan. Di Indonesia khususnya lagi di Jawa kereta-kereta yang berasal dari luar negeri dan juga buatan dalam negeri serta kemudian menjadi milik beberapa kerajaan yang semuanya terawat dengan cukup baik.

Ada bermacam-macam kereta penting baik yang berada di Kasultanan Cirebon, Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Paku Alaman. Seperti di Kasultanan Cirebon ada Kereta Paksi Naga Liman dan Kereta Singo Barong. Kemudian di Kasulatanan Yogyakarta ada 18 kereta yang salah satunya adalah Kereta Kencana Kanjeng Nyai Jimat.


 
Kereta kencana Kanjeng Nyai Jimat adalah kereta kencana keraton Ngayogyakarta yang digunakan di zaman Hamengkubuwana I hingga Hamengkubuwana V. Kereta ini dibeli dari Belanda sekitar tahun 1800-an dan kini disimpan di Museum Kereta Keraton Yogya. Biasanya, kereta ini digunakan pada upacara-upacara kebesaran atau penobatan raja. Konon, kereta jenis ini hanya tinggal dua di dunia. Selain tersimpan di museum kereta keraton Yogya, kereta serupa kini disimpan di museum Portugis. Kereta ini ditarik oleh delapan ekor kuda.
Menurut mitos dan legenda turun temurun, kereta kencana Kanjeng Nyai Jimat diperoleh dari Laut Selatan, oleh seorang abdi dalem keraton yang tengah memancing di Laut Selatan. Ketika kailnya menyangkut sesuatu, saat ditarik ternyata sebuah kereta kencana. Kereta ini konon berasal dari salah satu kerajaan di India. Kereta milik raja ini sengaja dilarung di laut sabagai syarat untuk mengusir wabah kolera yang menyerang rakyatnya. Kereta yang dilarung itu akhirnya sampai di Laut Selatan, sebelum ditemukan abdi dalem keraton Yogya.

Namun ada 2 pendapat berbeda tentang asal usul dari kereta Nyai Jimat ini yaitu :
1.  Pendapat yang menyatakan bahwa kereta tersebut dari Belanda menerangkan bahwa kereta tersebut merupakan hadiah dari Gubernur Jendral Jacob Mossel (1750-1761). Hadiah tersebut diberikan kepada Sultan Hamengku Buwana I dan digunakan sampai dengan Sultan Hamengku Buwana III.
2.     Pendapat yang kedua menyatakan bahwa Nyai Jimat adalah hadiah dari pemerintah Inggris (1811-1816) kepada Sultan Hamengku Buwana III. Kereta tersebut digunakan sampai dengan masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana V.

Kereta Nyai jimat dianggap sebagai pusaka yang penting sehingga air bekas siraman kedua kereta tersebut dipercaya dapat memberikan kekuatan tertentu.

Banyak warga yang berebutan untuk mendapatkan air bekas cucian kereta pusaka ini karena bekas air cucian kereta pusaka ini dipercaya bisa menyembuhkan anak-anak yang sakit demam dan juga bermanfaat untuk tanaman di sawah/ladang pertanian yang konon dapat mengusir hama dan bisa meningkatkan hasil panen. Namun ini semua hanya sekedar mitos yang di percayai oleh warga khusunya yang berada disekitaran daerah keraton dan juga tidak sedikit orang luar dari daerah yang percaya tentang khasiat dari air bekas cucian kereta pusaka ini.

Jamasan (memandikan) pusaka keraton Yogya selalu jatuh pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pertama di bulan Sura (bulan pertama dalam kalender Jawa). Upacara jamasan pusaka keraton selalu berlangsung di dua tempat yakni di Gedong Pusaka (tempat menyimpan sejumlah pusaka utama keraton Yogya) dan di Museum Kereta Keraton Yogya. Jamasan pusaka di Gedong Pusaka dipimpin langsung oleh Sultan yang saat itu tengah berkuasa dan tidak bisa disaksikan oleh masyarakat umum. Sementara jamasan kereta dilaksanakan oleh sesepuh Museum Kereta.




0 komentar:

Posting Komentar