Minggu, 28 Maret 2010

JURNAL PENELITIAN

APLIKASI PEMBERIAN AMELIORAN FLY ASH PADA LAHAN GAMBUT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

JAGUNG (Zea mays. L)

M. Faujan Romadhoni, Ir. Rosmimi, MU, Gulat M. E. Manurung SP, Mp

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN, UNIVERSITAS RIAU, Kampus Bina Widya

Jl. Raya Soebrantas KM. 12,5, Pekanbaru 28293

ABSTRAK

Tanaman jagung (Zea mays. L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia maupun hewan ternak dan merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Permintaan yang terus menerus meningkat akibat dari pengembangan industri pakan dan pangan tidak diimbangi dengan peningkatan produksi jagung nasinal. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tanaman jagung dalam Negeri maka perlu adanya usaha peningktan produksi tanaman jagung.

Akibat dari semakin sempitnya lahan pertanian yang ada karena telah terjadi konversi lahan pertanian yang subur menjadi lahan non pertanian, sehingga lahan marjinal menjadi alternatif sebagai upaya untuk ekstensifikasi dan salah satu alternatif tersebut adalah dengan pemanfaatan lahan gambut. Akan tetapi gambut memilii banyak masalah seperti proses dekomposisi yang sangat lambat, ketersediaan hara yang rendah dan kemasaman yang tinggi (pH rendah). Guna mengatasi masalah tersebut dan meningkatkan produksi tanah gambut adalah dengan cara pemberian amelioran salah satunya yaitu Fly ash.

Hasil dari pemelitian menunjukkan pemberian Fly ash terdapat parameter yang tidak berbeda nyata yaitu panjang dan diameter tongkol, dan berbeda nyata pada parameter laju pertumbuhan tanaman, berat berangkasan kering, berat biji pertongkol dan berat 1000 butir biji. Adapun perlakuan yang menunjukkan hasil terbaik adalah dengan penggunaan Fly ash dengan dosis 15 ton/ha.

Kata kunci : Amelioran Fly ash, Jagung.Gamburt

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Jagung (Zea mays. L) merupakan makanan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia kerena kaya akan karbohidrat. Bagi Indonesia jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Tidak hanya sebagai bahan pangan jagung juga digunakan sebagai bahan dasar industri dan bahan pakan ternak.

Produksi jagung Nasional belum mampu mengimbangi permintaan yang terus meningkat seiring dengan pengembangan industri pakan dan pangan. Sementara produksi jagung dipropinsi Riau pada tahun 202 sebesar 38.359 ton, tahun 2003 sebesar 39.915 ton, tahun 2004 sebesar 41.908 ton, tahun 2005 sebesar 36.412 ton dan pada tahun 2006 sebesar 34.7288 ton (Dinas Tanaman Pangan Propindi Riau, 2006). Oleh sebab itu, guna memenuhi kebutuhan dalam negeri maka perlu usaha peningkatan produksi jagung.

Dewasa ini banyak terjadi konversi lahan dari lahan subur menjadi lahan non pertanian oleh karena itu, upaya ekstensifikasi merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk tanaman jagung, salah satunya adalah pemanfaatan tanah gambut.

Riau memiliki lahan gambut yang luas. Menurut data statistik 51,06% atau mencapai 4.827.972 Ha dari seluruh dataran di daerah Riau terdiri dari tanah gambut (Badan Pusat Statistik Riau, 2004). Hal ini bisa menciptakan peluang dalam pemberdayaan budidaya jagung.

Pemanfaatan lahan gambut dihambat oleh kemasaman yang tinggi, kejenuhan basa yang rendah, drainase dan aerase yang jelek, kurang tersedianya N, P, K, Ca dan Mg, pH dan kejenuhan basa yang rendah, namun memiliki KTK yang tinggi sehingga sulit dalam penyediaan unsur hara terutama basa serta mengandung asam-asam organik yang bersifat meracun bagi tanaman (Prasetyo, 1997).

Guna meningkatkan produktivitas tanah sehingga dapat memberikan hasil optimal diperlukan suatu pengolahan yang tepat dan efisien. Salah satunya adalah dengan pemberian ameliorasi. Secara umum pemberian ameliorasi ke dalam bertujuan untuk menetralkan asam-asam organik (asam-asam fenolat dan asam-asam karboksilat) yang bersifat meracun, pengaruh yang nyata terhadap kimia tanah adalah meningkatnya pH tanah sehingga reaksi tanah mengarah ke netral dan dilain pihak dapat memperbaiki kandungan unsur hara tanah.

Amelioran Fly ash adalah abu sisa pembakaran boiler pabrik pulp yang berasal dari pembakaran tandan kosong kelapa sawit, cangkang sawit, kulit kayu, serbuk gergaji, potongan-potongan kayu yang tidak memiliki nilai ekonomis yang dapat dimanfaatkan sebagai amelioran untuk membenahi sifat kimia tanah gambut karena fly ash memiliki pH yang tinggi dengan kisaran 11 - 12, mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dan mengandung logam-logam berat yang tidak dapat mencemari lingkungan serta tidak bersifat racun yang membahayakan tanah dan tanaman (Rini, 2005). Adapun kandungan unsur hara fly ash seperti yang tertera dalam lampiran 5.

Fly ash memiliki potensi yang besar karena memiliki kandungan hara yang cukup baik dan setiap tahun jumlah Fly ash terus meningkat di Riau karena terdapat dua pabrik pulp yang produktif (salah satunya terbesar di Asia Tenggara), maka secara laboratories dipandang perlu dilakukan penelitian untuk memanfaatkan limbah pulpI (Fly ash) agar bisa bernilai ekonomis.

Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Amelioran Fly ash pada Lahan Gambut Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays. L)”.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays. L).

BAHAN DAN METODE

1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Kualu Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut (dpl) selama 5 bulan, dari bulan Maret 2007 sampai dengan bulan Juli 2007.

2. Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah benih jagung varietas arjuna BISI-1, fly ash diambil dari PT. IKPP (Indah Kiat Pulp And Paper), pupuk kandang (kotoran ayam), Urea, TSP, KCl, Furadan 3G, Insektisida Decis 2,5 EC, Round-up.

Alat-alat yang digunakan adalah oven listrik, bor tanah, timbangan analitik, meteran, cangkul, garu, kayu, ember, gembor, karung, kantong plastik, kantong kertas, hand sprayer, alat pemipil jagung dan alat tulis.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan:

D = Tanpa pemberian fly ash

D = 5 ton fly ash / 8.500 m (3,5 kg fly ash /plot)

D = 10 ton fly ash / 8.500 m (7 kg fly ash /plot)

D = 15 ton fly ash / 8.500 m (10,5 kg fly ash /plot)

D = 20 ton fly ash / 8.500 m (14 kg fly ash /plot)

Dari perlakuan tersebut diperoleh 15 unit percobaan/plot. Dimana masing-masing plot terdapat 32 tanaman. Data hasil pengamatan selama penelitian dari masing-masing plot perlakuan di analisis secara statistik dengan menggunakan Analisis Of Variance (ANOVA) model linear sebagai berikut:

Xijk = μ + Di + βj +

Xijk = Respon terhadap fly ash ke-i pada kelompok ke-j

μ = Rata- rata respon

Di = Pengaruh fly ash pada taraf ke-i

βj = Pengaruh kelompok ke-j

* = Pengaruh galat pada kelompok ke-j yang mendapat perlakuan fly ash ke-i

Hasil analisa sidik ragam dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5% agar dapat diketahui perlakuan-perlakuan yang terbaik.

4. Pelaksanaan Penelitian

4.1. Pembukaan Lahan dan Persiapan Lahan

Sebelum penanaman dilakukan pembersihan lahan dari ranting-ranting kayu dan gulma dengan cara membabat dengan menggunakan parang dan mencangkul anakan kayu yang ada pada lahan. Setelah itu dilakukan pengukuran tanah untuk di plot yang akan dibuat bedengan nantinya. sebelum dilakukan pengolah dan perlakuan tanah diambil sampelnya untuk mengetahuidifat kimia tanah gambut.

4.2.Pembuatan Plot

Plot dibuat dengan ukuran 3 x 2 m sebanyak 15 plot dengan jarak antar plot dalam barisan 50 cm dan anatar barisan plot 75 cm dan jarak plot ke pinggir tanaman 1 meter. Selain itu juga dibuat drainase.

4.3. Pemberian Fly ash dan Pupuk Kandang (Kotoran Ayam)

fly ash dan pupuk kandang (kotoran ayam) diberikan sekitar 2 minggu sebelum tanam. Dosis fly ash sesuai dengan perlakuan dan dosis pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 10 ton/ha (7 kg/plot) dengan cara menaburkan fly ash dan pupuk kandang (kotoran ayam) pada plot yang akan ditanami dan diaduk sampai fly ash, pupuk kandang (kotoran ayam) dan tanah gambut tercampur merata.

4.4. Penanaman

Setelah lahan bersih dan diberi fly ash langkah selanjutnya membuat lubang tanam dengan alat tugal pada kedalaman 2,5 cm dengan jarak tanam 60 x 40 cm. Selanjutnya benih dimasukkan kelubang tugal (2 benih/lubang tanam), disertakan dengan pemberian Furadan 3G yang bertujuan untuk menghindari benih dimakan semut, ulat agrotis dan cacing. Lubang tugal segera ditimbun dengan tanah.

4.5. Pemupukan

Pemupukan pada tiap plot dilakukan dengan cara larikan pada jarak 5 cm dari lubang tanam dengan kedalaman 5 cm. Pemberian pupuk anorganik untuk setiap hektar dilakukan dengan dosis 200 kg urea, 150 kg TSP dan 100 kg KCl. Pupuk urea diberikan sebanyak tiga tahap (masing-masing 1/3 bagian dosis pupuk urea) yaitu Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan saat tanaman jagung berumur 3 - 4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan saat tanaman jagung berumur 8 minggu. Untuk pupuk TSP dan KCl diberikan seluruhnya pada saat tanam.

4.6. Pemeliharaan

4.6.1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyiraman dengan menggunakan gembor dan air yang diberikan berdasarkan kapasitas lapang.

4.6.2. Penyulaman dan Penjarangan

Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanaman dan dilakukan apabila pada plot terdapat tanaman yang tidak tumbuh atau mati maka diganti dengan tanaman baru yang seragam. Penjarangam dilakukan ketika tanaman berumur 2 minggu setelah tanam, dengan cara memotong pangkal batang tanaman dengan gunting dan meninggalkan satu tanaman yang sehat.

4.6.3. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan pertama dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan penyiangan kedua dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu 25 hari setelah tanam dan seterusnya dilakukan dengan interval dua minggu sekali.

4.6.4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan secara mekanik dimana dengan cara membuang hama yang menyerang dan membunuhnya. Pada tanaman yang sudah terserang maka dilakukan pencabutan dan pemusnahan guna untuk menghindari penyebaran ke tanaman lainnnya.

4.7. Panen

Panen dilakukan serentak pada umur 77 hari setelah tanam, dimana pada umur ini tanaman sudah 75% memenuhi kriterian panen pada setiap plotnya, dengan ciri-ciri daun sudah menguning, tongkol atau klobot sudah mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga, biji kering, keras dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas. Panen dilakukan dengan cara memutar tongkol beserta kelobotnya, atau dengan mematahkan tangkai buah. Selanjutnya tongkol jagung dijemur di bawah terik matahari selama 3 hari..

4.8. Analisis Tanah Gambut Setelah diberi Amelioran Fly ash

Analisis tanah gambut dilakukan pada saat tanam, 1,5 bulan setelah penanaman dan pada waktu panen. Adapun analisis kimia yang dilakukan adalah pH, N, P, K, Ca, Mg, Fe dan Al). tanah gambut diambil dengan kedalaman 20 cm secara komposit pada tiap plot.

5. Pengamatan

5.1 Laju Pertumbuhan Tanaman / LPT (gram/hari)

LPT diamati terhadap satu tanaman sampel dicabut dan dioven 700C selama 48 jam, kegiatan ini dengan menimbang seluruh bagian tanaman dengan menggunakan timbangan analitik. Rumus menghitung LPT sebagai berikut :

W – W1

LPA =

t2 – t1

Dimana W1 adalah berat kering tanaman pada umur t1 (35 hari) dan W2 adalah berat kering tanaman pada umur t2 (42 hari).

5.2. Berat Kering Tanaman (gram)

Kegiatan ini dilakukan saat tanaman berumur 35 dan 42 hari. Berat kering tanaman diperoleh dengan menimbang berat kering akar dan batangnya.

5.3. Panjang Tongkol dan Diameter Tongkol (cm)

Panjang tongkol diperoleh dengan mengukur tongkol dengan keadaan tanpa klobot (biji masih menempel pada tongkol) dari bagian pangkal sampai ujung tongkol dengan menggunakan penggaris. Pengukuran diameter tongkol dilakukan setelah panen dengan menggunakan jangka sorong yang diukur tepat pada bagian tongkol yang terbesar. Pengamatan ini dilakukan pada tanaman sampel.

5.4. Berat Biji Kering pertongkol(gram)

Pengamatan dilakukan dengan menimbang biji kering pada tanaman sampel, yang sebelumnya biji telah dijemur di bawah terik matahari selama 3 hari

5.5. Berat 1000 Butir Biji (gram)

Pengamatan dilakukan dengan menimbang berat 1000 biji dengan menggunakan timbangan digital. Dengan cara memipil biji jagung sebanyak 1000 lalu dijemur dibawah terik matahari selama 3 hari kemudian ditimbang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Laju Pertumbuhan Tanaman

Hasil amalisis sisik ragam pada lampiran 4 menunnjukkan pembarian ameliorant Fly ash berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman jagung. Untuk lebih jelasnya pengaruh takaran Fly ash terhadap laju pertumbuhan tanaman jagung yang telah diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Rata-rata laju pertumbuhan tanaman (LPT)

PERLAKUAN

Rata-rata

Tanpa pemberian Fly ash (kontrol)

2,5743 a

5 ton Fly ash/ha (3,5 kg Fly ash/plot)

5,9577 a

10 ton Fly ash/ha (7 kg Fly ash/plot)

8,3463 a

15 ton Fly ash/ha (10,5 kg Fly ash/plot)

19,1257 b

20 ton Fly ash/ha (14 kg Fly ash/plot)

9,1180 a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunnjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uni lanjut DNMRT pada taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian 5-15 ton Fly ash/ha cenderung meningkatkan laju pertumbuhan tanaman jagung apalagi pada pemberian 15 ton/ha terdapat peningkatan sangat drastis yaitu 19,1257 dibandingkan 10 ton/ha 8,3463, namun jika takaran Fly ash ditingkatkan sampai 20 ton/ha justru malah menurunkan laju pertumbuhan tanaman yaitu 9,1180. hal ini diduga pada pemberian 20 ton/ha Fly ash telah mampu menyediakan hara paling maksimal dibanding dosis yang lain.

Kenyataan tersebut menggambarkan bahwa pemberian ameliorant Fly ash telah mampu memperbaiki medium tanam, dengan demikian akan mendukung terhadap perbaikan pertumbuhan tanaman jagung. Perbaikan medium ini diduga karena kandungan hara Fly ash mengandung unsur hara makro dan mikro serta memiliki pH yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pH pada tanah gambut. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis kandungan hara Fly ash. Dengan tersedianya hara bagi tanaman akan mampu meningkatkan laju pertumbuhan tanaman, karena hara sangat berperan penting dalam proses fotosintesis yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi komponen hasil. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 1, dimana ketersediaan hara tanah gambut selalu meningkat baik setelah masa inkubasi 3 minggu, 1,5 bulan setelah penanaman dan saat panen bila dibandingkan dengan analisa kandungan hara awal tanah gambut.

Peningkatan laju pertumbuhan tanaman diperoleh pada pemberian Fly ash 15 ton/ha. Hal ini diduga karena Fly ash mengandung unsur Ca yang cukup tinggi. Menurut Gunarto (1985), pemberiaan kapur dapat meningkatkan serapan nitrogen. Jadi dengan adanya unsur Ca yang terkandung dalam Fly ash maka pupuk N yang diberikan maupun yang terkandung didalam Fly ash dapat terserap lebih baik dan efisien oleh tanaman jagung. Unsur N dibutuhkan tanaman untuk pembentukan klorofil. Selain N, mineral Mg juga merupakan penyusun klorfil. Nyapka dkk (1991) menyatakan bahwa Mg adalah satu-satunya mineral penyusun klorofil. Dengan adanya Mg yang terkandung dalam Fly ash bias turut serta mendukung pertumbuhan tanaman karena dengan cukupnya Mg yang diberikan maka proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik. Sejalan dengan itu pertumbuhan tanaman akan semakin baik dan optimal.

Selain perbaikan hara, juga terjadi perbaikan pH akibat pemberian Fly ash. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis tanah gambut (lampiran 2 dan 3) yang menggambarkan bahwa pH tanah meningkat dari kisaran 4,4 menjadi 5-6. terjadinya peningkatan pH tanah juga karena Fly ash mengandung Ca dan Mg oksida/hidroksida..

2. Berat Berangkasan Kering Tanaman

Hasil analisis sisik ragam pada lampiran 4 menunnjukkan pembarian amelioran Fly ash berpengaruh nyata terhadap berat berangkasan kering tanaman jagung. Untuk lebih jelasnya pengaruh takaran Fly ash terhadap laju pertumbuhan tanaman jagung yang telah diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada table 2 berikut.

Tabel 2. Rata-rata berat berangkasan kering tanaman jagung

PERLAKUAN

Rata-rata

Tanpa pemberian Fly ash (kontrol

36,7650 a

5 ton Fly ash/ha (3,5 kg Fly ash/plot)

87,0543 b

10 ton Fly ash/ha (7 kg Fly ash/plot)

85,7720 b

15 ton Fly ash/ha (10,5 kg Fly ash/plot)

138,1020 c

20 ton Fly ash/ha (14 kg Fly ash/plot)

103,4020 b

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunnjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uni lanjut DNMRT pada taraf 5%

Tabel 2. menunjukkan bahwa peningkatan berat berangkasan kering tanaman jagung terjadi peningkatan pada setiap perlakuan pemberian beberapa dosis Fly ash dimana terjadi peningkatan berat berangkasan kering tanaman jagung yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan tanpa pemberian Fly ash.

Jika dilihat dari tabel diatas pemberian dosis 15 ton/ha menunjukkan hasil yang optimum dari dosis perlakuan yang lain yaitu 138,1020. Namun jika dosis ditingkatkan lagi menjadi 20 ton/ha justru cenderung menurunkan berat berangkasan kering yaitu 103,4020. jika dilihat dari keseluruhan pemberian amelioran Fly ash sangat memberi peranan penting pada berat berangkasan kering tanaman jagung apabila dibandingkan dengan yang tanpa pemberian amelioran Fly ash. Hal ini terjadi karena pada kontrol kebutuhan hara tanaman tidak terpenuhi akibat dari kurang tersedianya hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Perbedaan yang nyata terhadap berat kering tanaman jagung ini disebabkan karena amelioran Fly ash pada tanah gambut memberikan pengaruh yang nyata, dimana selain sebagai bahan amelioran Fly ash juga dapat digunakan sebagai pupuk karena mengandung sejumlah hara yang penting bagi tanaman dan juga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme pada tanah gambut sehingga dapat mempercepat proses dekompisisi bahan organik tanah gambut, sehingga hara yang dibutuhkan tanaman pada tanah gambut semakin tersedia.

Hal ini didukung pendapat Rini (2005), dengan pemberian Fly ash yang berfungsi sebagai amelioran dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, dimana Fly ash telah dapat membuat tanah gambut menjadi produktif dengan cara peningkatan pH dan ketersedian unsur hara pada tanah gambut.

Junin (2002) menyatakan pesatnya pertumbuhan tanaman tidak terlepas dari ketersediaan unsur hara yang ada didalam tanah, ketersediaan hara akan sangat mementukan prosuksi berat berangkasan kering tanaman yang merupakan hasil dari tiga proses yaitu proses penumukan asimilat melalui fotosintesis, penurunan asimilat melalui respirasi dan penurunan asimilat akibat suspensi dan akumulasi kebagian penyimpanan.

3. Panjang Tongkol dan Diameter Tongkol

Hasil hasil analisis sidik ragam pada lampiran 4 menunjukkan bahwa pemberian amelioran Fly ash berpengaruh tidak nyata terhadap pajang tongkol dan diameter tongkol. Untuk lebih jelasnya pengaruh takaran Fly ash terhadap panjang tongkol jagung yang telah diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada table 3 berikut.

Tabel 3. Rata-rata panjang tongkol dan diameter tongkol jagung (cm) pada pemberian beberapa takaran Fly ash.

PERLAKUAN

Rata-rata ukuran tongkol

Diamter

Panjang

Tanpa pemberian Fly ash (kontrol

4,3667

17,7000

5 ton Fly ash/ha (3,5 kg Fly ash/plot)

4,9000

20,4667

10 ton Fly ash/ha (7 kg Fly ash/plot)

5,1000

20,8500

15 ton Fly ash/ha (10,5 kg Fly ash/plot)

5,5667

20,3000

20 ton Fly ash/ha (14 kg Fly ash/plot)

4,8167

20,5333

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunnjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uni lanjut DNMRT pada taraf 5%

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada beberapa perlakuan pemberian Fly ash terdapat peningkatan panjang dan diameter tongkol jika dibandingkan dengan tanpa pemberian ameliorran Fly ash tetapi tidak terdapat peningkatan yang signifikan antar perlakuan pemberian amelioran Fly ash.

Diduga rendahnya perlakukan kontrol (tanpa pemberian Fly ash) karena rendahya organ penyimpan seperti ukuran tongkol hak ini disebabkan karena pertumbuhan tanaman kurang baik, sehingga asimilat yang dibutuhkan untuk pembentukan buah berada dalam jumlah yang terbatas sehingga pembentukan tongkol menjadi kurang sempurna sebagai akibat dari unsur hara yang dibutuhkan tidak terpenuhi secara maksimal.

Dengan pemberian amelioran tersebut tanaman dapat mamapu menyerap hara yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis untuk mengasilkan fotosintat yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pembentukan organ generatif yaitu tongkol jagung.

Gander (1991) menambahkan bahwa khusus untuk tanaman jagung, karena letak tongkol ditengah-tengah batang, hampir seluruh fotosintat yang diproduksi berasal dari daun sebelah atas tongkol yang menyumbangkan 85% hail asimilasi ke tongkol. Sedangkan daun sebelah bawah tongkol menyumbangkan hasil fotosintesisnya untuk pertumbuhan akar dan memelihara batang.

Salah satu unsur yang sangat diperlukan pada masa pembentukan tongkol adalah unsur fosfor (P). Diduga pemberian amelioran Fly ash telah membantu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan pada masa pertumbuhan generatif karena Fly ash mengandung sejumlah unsur hara baik makro maupu mikro yang dibutuhkan tanaman sehingga bisa dikatakan Fly ash juga bisa sebagai pupuk, khususnya unsur P yang berperan dalam proses pembentukan tongkol. Selain itu Fly ash juga bisa dikatakan sebagai bahan amelioran karena memiliki pH 11, yang dapat meningkatkan pH tanah gambut yang mempunyai tingkat kemasaman tinggi, sehingga tanaman dapat menyerap unsur hara yang dibutuhkannya.

4. Berat Biji Pertongkol.

Hasil sidik ragam pada lampiran 4 menunjukan bahwa pemberian amelioran Fly ash berpengaruh tidak nyata terhadap berat biji pertongkol. Untuk lebih jelasnya pegaruh takaran Fly ash terhadap berat biji pertongkol yang telah diuji lanjut degan DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata berat biji pertongkol tanaman jagung (g) pada pemberian beberapa takaran Fly Ash.

PERLAKUAN

Rata-rata

Tanpa pemberian Fly Ash (kontrol

89,9967 a

5 ton Fly Ash/ha (3,5 kg Fly Ash/plot)

113,5633 a

10 ton Fly Ash/ha (7 kg Fly Ash/plot)

126,8633 a

15 ton Fly Ash/ha (10,5 kg Fly Ash/plot)

194,4767 b

20 ton Fly Ash/ha (14 kg Fly Ash/plot)

133,4267 a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunnjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uni lanjut DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian amelioran fly ash cenderung meningkatkan berat biji pertongkol pada setiap perlakuan Fly ash yang diberikan dengan konsisten sampai berat yang paling tinggi yaitu 194,4767 pada perlakuan Fly ash 15 ton/ha, namun jika dosis dinaikkan menjadi 20 ton/ha terjadi penurunan berat biji pertongkol yaitu 133,4267. hal ini dikarenakan pada perlakuan 15 ton/ha kondisi hara pada tanah gambut cukup tersedia sehingga berat biji lebih bernas jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain, sedangkan pada 20 ton/ha kondisi hara tanah sudah kurang tersedia hal ini diduga dikarenakan pada dosis 20 ton/ha pH tanah mencapai 6,7 (lampiran 3), sebaimana kita tahu bahwa tanah gambut jika memiliki pH mendekati netral justru ketersediaan hara tanah bagi tanaman menjadi berkurang.

Nyapka dkk (1991) menyatakan bahwa unsur Mg selain sebagai mineral penyusun klorofil juga dapat dijumpai dalam biji-bijian tanaman dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu Fosfor sebagai penyusun fosfolipid, nukleoprotein dan fitin juga banyak tersimpan didalam biji. Disamping itu kalsium juga dapat mendorong produksi tanaman Graminae dan biji tanaman. Dengan ketersediaan fosfor yang cukup dan fungsi kalsium tersebut maka proses pembentukan inti sel, lemak dan protein dapat berlangsung baik. Pada akhirnya proses pertumbuhan dan prosuksi tanaman akan berlangsung dengan baik pula seperti pembentukan biji-biji yang bernas dengan bobot yang normal pula.

Pada fase ini tanaman sangat membutuhkan suplay hara P yang cukup. Hakim dkk (1986) mengatakan bahwa fosfor merupakan salah satu unsur yang berfungsi untuk mempercepat pembungaan serta pemasakan biji dan buah. Sehingga dengan ketersediaan P yang rendah akan berpengaruh pada bobot buah yang dihasilkan.

Fosfat berguna untuk menyimpan energi dan trasnfer energi serta penyusunan senyawa biokimia (asam nukleat, koenzim, nukleotida, fosfo protein, fosfolipid dan gula fosfat). Fosfat yang cukup sangat dibutuhkan pada saat reproduksi. Hal ini didukung oleh Setyamijaya (1986). Yang mengatakan bahwa fungsi P adalah mempercepat pembungaan dan pemasakan buah dan biji. Jadi fosfor yang sangat berperan dan menentukan keberhasilan pembuahan yang akan berhubungan denga kualitas buah dan biji. Gardner dkk (1991), menjelaskan bahwa ukuran biji untuk kultifar tertentu realtif konstan, tetapi tekanan yang hebat selama pengisian biji dapat menyebabkan berkurangnya pasokan hasil asimilasi.

Selain ketersedian unsur hara berat biji pertongkol juga dipengaruhi oleh ketersediaan air. Darjanto dan Satifah (1990), menyatakan bahwa ketersedian air yang cukup akan meningkatkan aktivitas sel pembuluh dalam pengangkutan hara yang telah larut dan translokasi fotosintat kebagian generatif.

5. Berat 1000 biji

Hasil analisis sidik ragam pada lampiran 4 menunjukkan bahwa pengaruh amelioran Fly ash berpengaruh tidak nyata terhadap berat 1000 butir biji jagung. Untuk lebih jelasnya pengaruh takaran Fly ash terhadap berat biji pertongkol yang telah diuji lanjut degan DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata berat 1000 butir biji tanaman jagung (g) pada pemberian beberapa takaran Fly Ash.

PERLAKUAN

Rata-rata

Tanpa pemberian Fly Ash (kontrol

219,9333 a

5 ton Fly Ash/ha (3,5 kg Fly Ash/plot)

298,2667 b

10 ton Fly Ash/ha (7 kg Fly Ash/plot)

286,9000 b

15 ton Fly Ash/ha (10,5 kg Fly Ash/plot)

314,6667 b

20 ton Fly Ash/ha (14 kg Fly Ash/plot)

301,3333 b

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunnjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uni lanjut DNMRT pada taraf 5%

Tabel 5 menunjukan bahwa setiap peningkatan takaran Fly ash yang di berikan dapat meningkatkan berat 1000 butir biji jangung dibandingkan dengan tanpa pemberian perlakuan tetapi tidak konsisten, dimana berat tertinggi terdapat pada 15 ton/ha yaitu 314,6667 tetapi jika dosis Fly ash dinaikkan menjadi 20 ton/ha justru terjadi penurunan yaitu 301,3333. hal ini seiring dengan peningkatan berat biji pertongkol pada pemberian 5-15 ton/ha.

Jika dilihat pada deskripsi tanaman jagung bahwa berat 1000 butir biji jagung varietas Arjuna mencapai 272 g. Sedangkan dengan pemberian amelioran Fly ash telah mampu melampaui berat 1000 butir biji sampai 314,6667 pada 15 ton/ha. Hal ini diduga pemberian amelioran Fly ash telah mempunyai peranan yang penting yang bisa berfungsi sebagai pupuk karena Fly ash mengandung unsur hara makro dan mikro (lampiran 1), selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan amelioran karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia adn biologi tanah, dimana Fly ash telah dapat meningkatkan pH tanah (Lampiran 3) yang mengakibatkan KTK (kapasitas tukar kation) menjadi rendah sehingga dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik pada tanah gambut sehingga hara yang terkandung pada tanah gambut akan semakin tersedia ini menyebabkan proses fotosintesis berjalan dengan baik dan hasil fotosintesis akan digunakan untuk mengubah substat pada hasil akhir yang diantaranya untuk pengisian biji sehingga berat 1000 butir biji tanaman sesuai dengan deskripsi atau melebihi deskripsi.

Pemberian Fly ash pada tanah gambut yang telah mampu meningkatkan berat 1000 butir biji jagung, ini berarti Fly ash telah mampu membantu serapan hara tanaman terutama P yang banyak terkandung dalam biji. Ini sesuai dengan pernyataan Nyapka dkk (1991), bahwa ketersediaan P tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah, pada kebanyakan tanah ketersediaan P masksimum dijumpai pada kisaran pH antara 5,5-7, ketersediaan P akan menurun bila pH tanah lebih rendah dari 5,5 atau lebih tinggi dari 7,0. p yang serap tanaman pada setiap pelakuan secara keseluruhan tidak terakumulasi pada biji tetapi juga untuk bagian tanaman yang lainnya.

Lubis (1993), kekurangan P yang berat akan dapat memperlambat proses pembuangaan dan pematangan sehingga biji yang dihasilkan akan berkerut. Oleh karena itu kekurangan P dapat menyebabkan menurunnya hasil, kualitas dan kadar protein biji. Berat 1000 butir biji sangat berkaitan erat dengan besarnya biji yang dihasilkan. Hal ini berarti semakin sempurna perkembangan biji maka semakin tinggi pula berat 1000 butir biji. Menurut Goldwory dan Fisher (1992) mengatakan bahwa pertambahan biji (ukuran biji) tergantung pada faktor yang mengendalikan suplay asimilat untuk pengisian biji. Hasil pengamatan betar 1000 butir biji ini membuktikan bahwa tanaman jagung mempunyai rata-rata yang sesuai dengan deskripsi.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1. Pemberian 15 ton/ha dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman, berat berangkasan kering tanaman, berat biji pertongkol dan berat 100 butir biji.

2. Terdapat peningkatan panjang tongkol dan diameter tongkol pada pemberian 5-20 ton/ha Fly ash jika dibandingkan dengan tanpa pemberian Fly ash.

3. Pada setiap pemberian dosis pemberian amelioran Fly ash dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas biji tanaman jagung yang cukup berarti hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pada parameter berat biji pertongkol, berat 1000 butir biji, laju pertumbuhan tanaman dan berat berangkasan kering tanaman pada perlakuan 15 ton Fly ash/ha jika dibandingkan dengan kontrol. Namun tidak berbeda nyata pada parameter panjang dan diameter tongkol.

2. Saran

Dari hasil penelitian ini maka disarankan untuk menggunakan bahan ameliran Fly ash sebanyak 15 ton/ha pada kondisi tanah gambut yang sama dengan tanah yang digunakan pada penelitian ini agar dapat memperoleh hasil produksi tanaman jagung yang tinggi dan mempunyai kualitas yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Stasistik Riau. 2004. Riau dalam Angka. BPS. Pekanbaru

Darjanto dan Satifah, S. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia. Jakarta.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Riau. 2006. Potensi, Pemanfaatan Lahan dan Peluang Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura di Lahan Gambut. Pemerintah Propinsi Riau. Pekanbaru.

Gardner FP. RP Brent. RL. Mitcjel. 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahakan oleh Herawati Susilo. Universitas Indonesia. Jakarta.

Gunarto. 1985. Kapur Pada Kedelai. Penelitian Pertanian BPTP. Bogor.

Hakim, N. M. Nyakpa, M. Lubis. S. G. Nugroho, S. Rusdi, DM. Amin, Go Ban Hong dan H. H. Baily. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Jumin, H.B. 2002. Angroekologi: Suatu Pendekatan Fisiologis. PT. Raja Grafindo PErsada. Jakarta.

Lubis, A.M. Zainal Abidin dan Wahid, A. 1993. Pengaruh Abu Tanam-tanaman Terhadap Padi Sawah di Tanah Gambut. Dalam Prosiding Seminar NASional Gambut II. HGI bekerjasama dengan BPPT. Jakarta

Prasetyo, T. B. 1996. Peningkatan Serapan Fosfat pada Tanah Gambut melalui Pengandalian Asam-Asam Meracun. Di dalam prosiding seminar HITI. Bogor.

Rini. 2005. Penggunaan Dregs (Limbah Bagian Recauticizing Pabrik Pulp) dan Fly ash (Abu Sisa Boiler Pembakaran Pabrik Pulp) untuk Meningkatkan Mutu dan Produktivitas Tanah Gambut. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru.

Nyapka., M.Y. A.M. Lubis, M.A. Pulung, G. Amrah, A. Munawar, G.B. Hong, N. Hakim. 1991. Metode Selidik Tanah. Penerbit Universitas Lampung.

Setyamidjja. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplek. Jakarta.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Kimia Fly Ash

NO

PARAMETER

SATUAN

1

pH

11

2

N- total

0,02 %

3

P-total

0,17 %

4

K

3063,82 mg/kg

5

Ca

7894,54 mg/kg

6

Mg

193,52 mg/kg

7

Fe

0,03 mg/kg

8

Al – dd

0

9

Zn

32,30 mg/kg

10

Cu

10,60 mg/kg

11

Mo

0,11 Mg/kg

12

Pb

0 ppm

13

Cd

0 ppm

Lampiran2. Hasil Analisis kimia tanah gambut ( pra perlakuan ).

NO

PARAMETER

SATUAN

1

pH

3,5

2

N- total

0,15 %

3

P-total

0,016 %

4

K

505,95 mg/kg

5

Ca

212,29 mg/kg

6

Mg

100,14 mg/kg

7

Fe

0,25 mg/kg

8

Al-dd

2,25 me/100 gram tanah

9

Zn

9,16 mg/kg

10

Cu

0,04 mg/kg

11

Mo

0,065 mg/kg

12

Pb

0 ppm

13

Cd

0 ppm

0 komentar:

Posting Komentar